<translation_content>
Harga emas akhir-akhir ini mendekati US$4.400 per ons, didorong oleh skandal penipuan pinjaman di industri perbankan AS, meningkatnya ketegangan perdagangan antara China dan AS, serta ekspektasi penurunan suku bunga pasar. Saya terus memantau kenaikan harga emas ini dan bertanya-tanya: dengan harga yang setinggi ini, apakah masih layak membeli?
Emas yang menembus rekor di tahun 2025 membuat saya dan banyak investor menghadapi pertanyaan yang sama: apakah sudah terlambat untuk masuk pasar? Apakah harus menambah posisi saat harga turun? Apakah sebaiknya mengambil keuntungan sekarang karena harganya sudah tinggi?
Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan ini, saya rasa kita harus memahami terlebih dahulu alasan fundamental di balik pergerakan harga emas, sehingga apapun kondisi pasar di masa depan, kita bisa merespons secara tenang.
Mengapa Harga Emas Bisa Melonjak Tinggi?
Dalam dua tahun terakhir, harga emas terus menguat, pada bulan Oktober sudah menembus US$4.300 dan terus mencetak rekor tertinggi. Kenaikan harga emas di tahun 2024-2025 adalah yang tertinggi dalam 30 tahun terakhir, melebihi 31% di tahun 2007 dan 29% di tahun 2010.
Saya mengamati bahwa ada tiga faktor utama yang mendorong kenaikan harga emas ini:
Pertama adalah kebijakan tarif Trump. Ini adalah pemicu utama lonjakan harga emas di tahun 2025. Serangkaian kebijakan tarif meningkatkan ketidakpastian pasar, meningkatkan sentimen perlindungan, dan mendorong harga emas naik.
Kedua adalah ekspektasi pasar terhadap penurunan suku bunga. Data ekonomi AS menunjukkan pasar tenaga kerja yang lemah dan tekanan ekonomi yang meningkat, sehingga dana beralih ke emas sebagai lindung nilai.
Perlu dicatat bahwa setelah rapat FOMC bulan September, harga emas tidak naik malah turun, karena berita penurunan suku bunga sudah banyak diserap pasar. Selain itu, Powell menyebut penurunan suku bunga kali ini sebagai “pengelolaan risiko” tanpa komitmen untuk terus menurunkan suku bunga, sehingga suasana pasar menjadi lebih tenang.
Harga emas biasanya berkorelasi negatif dengan tingkat suku bunga riil (suku bunga nominal dikurangi inflasi). Ini adalah salah satu alasan mengapa volatilitas harga emas sangat terkait dengan ekspektasi penurunan suku bunga.
Ketiga adalah aksi pembelian emas yang terus dilakukan oleh bank sentral di berbagai negara. Terutama China yang mulai meningkatkan cadangan emas secara besar-besaran sejak Maret 2022. Data dari World Gold Council menunjukkan bahwa pada semester pertama 2025, pembelian bersih emas oleh bank sentral global mencapai 123 ton, dan hanya di bulan Juni meningkat 22 ton. Sebanyak 73% bank sentral percaya bahwa dalam lima tahun ke depan, proporsi dolar AS dalam cadangan devisa global akan menurun, sementara aset seperti emas akan meningkat.
Faktor pendorong lainnya termasuk perlambatan pertumbuhan ekonomi global, tekanan inflasi, menurunnya kepercayaan terhadap dolar AS, risiko geopolitik, serta masuknya dana jangka pendek akibat liputan media dan sentimen media sosial.
Prediksi Tren Harga Emas di Masa Depan
Meskipun harga emas belakangan ini berfluktuasi, banyak lembaga tetap optimistis terhadap tren jangka panjangnya.
Bank of America menaikkan target harga emas tahun 2026 menjadi US$5.000, sementara Goldman Sachs menaikkan dari US$4.300 menjadi US$4.900, dengan alasan “peningkatan cadangan oleh bank sentral dan permintaan dari sektor swasta yang kuat.”
Harga perhiasan emas di China sudah menembus RMB 1150 per gram, mencatat rekor tertinggi.
Saya pribadi berpendapat bahwa tren kenaikan harga emas secara umum mungkin akan berlanjut hingga tahun 2026, tetapi investor harus mencari peluang beli saat harga sedang turun.
Apakah Masih Wajar Membeli Emas Sekarang?
Saya rasa tren kenaikan emas ini belum berakhir, baik untuk jangka menengah maupun jangka pendek, tetapi jangan ikut-ikutan secara sembarangan.
Jika Anda adalah trader berpengalaman, saat ini memang peluang yang bagus. Likuiditas pasar cukup baik, arah pergerakan harga relatif mudah diprediksi, terutama saat volatilitas tinggi, dengan kekuatan bullish dan bearish yang jelas, sehingga mudah mengikuti tren yang sedang berlangsung.
Namun, untuk pemula yang ingin bermain short-term, saya sarankan mulai dengan modal kecil dan jangan terlalu serakah. Emosi yang tidak terkendali bisa membuat Anda kehilangan semua modal. Mengikuti kalender ekonomi bisa membantu Anda mendapatkan data ekonomi AS secara tepat waktu dan mendukung pengambilan keputusan.
Ingin membeli emas fisik untuk investasi jangka panjang? Bersiaplah menghadapi fluktuasi besar. Meskipun tren jangka panjang cenderung naik, fluktuasi di tengah jalan bisa membuat Anda merasa tidak nyaman.
Strategi pribadi saya adalah menjadikan emas sebagai bagian dari portofolio investasi, bukan seluruh aset. Volatilitas emas tidak lebih rendah dari saham, jadi diversifikasi adalah langkah bijak.
Beberapa poin yang perlu diingat:
Volatilitas tahunan emas rata-rata 19.4%, lebih tinggi dari S&P 500 yang 14.7%
Siklus emas sangat panjang, dalam skala dekade bisa menjaga nilai, tetapi selama periode itu bisa berlipat ganda atau bahkan turun setengahnya
Biaya transaksi emas fisik cukup tinggi, biasanya antara 5%-20%
Jangan terlalu banyak mengalokasikan emas, diversifikasi risiko lebih penting
Bagi investasi emas, saya selalu percaya bahwa emas adalah alat lindung nilai terhadap inflasi, dan sebaiknya menjadi bagian dari portofolio untuk mendiversifikasi risiko. Pendekatan ideal adalah menjual sebagian saat harga naik dan membeli saat harga turun, sehingga menjaga proporsi yang wajar dalam portofolio Anda.
</translation_content>
Lihat Asli
Halaman ini mungkin berisi konten pihak ketiga, yang disediakan untuk tujuan informasi saja (bukan pernyataan/jaminan) dan tidak boleh dianggap sebagai dukungan terhadap pandangannya oleh Gate, atau sebagai nasihat keuangan atau profesional. Lihat Penafian untuk detailnya.
Analisis tren harga emas di masa depan: Bagaimana prospek harga emas tahun 2025?
<translation_content> Harga emas akhir-akhir ini mendekati US$4.400 per ons, didorong oleh skandal penipuan pinjaman di industri perbankan AS, meningkatnya ketegangan perdagangan antara China dan AS, serta ekspektasi penurunan suku bunga pasar. Saya terus memantau kenaikan harga emas ini dan bertanya-tanya: dengan harga yang setinggi ini, apakah masih layak membeli?
Emas yang menembus rekor di tahun 2025 membuat saya dan banyak investor menghadapi pertanyaan yang sama: apakah sudah terlambat untuk masuk pasar? Apakah harus menambah posisi saat harga turun? Apakah sebaiknya mengambil keuntungan sekarang karena harganya sudah tinggi?
Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan ini, saya rasa kita harus memahami terlebih dahulu alasan fundamental di balik pergerakan harga emas, sehingga apapun kondisi pasar di masa depan, kita bisa merespons secara tenang.
Mengapa Harga Emas Bisa Melonjak Tinggi?
Dalam dua tahun terakhir, harga emas terus menguat, pada bulan Oktober sudah menembus US$4.300 dan terus mencetak rekor tertinggi. Kenaikan harga emas di tahun 2024-2025 adalah yang tertinggi dalam 30 tahun terakhir, melebihi 31% di tahun 2007 dan 29% di tahun 2010.
Saya mengamati bahwa ada tiga faktor utama yang mendorong kenaikan harga emas ini:
Pertama adalah kebijakan tarif Trump. Ini adalah pemicu utama lonjakan harga emas di tahun 2025. Serangkaian kebijakan tarif meningkatkan ketidakpastian pasar, meningkatkan sentimen perlindungan, dan mendorong harga emas naik.
Kedua adalah ekspektasi pasar terhadap penurunan suku bunga. Data ekonomi AS menunjukkan pasar tenaga kerja yang lemah dan tekanan ekonomi yang meningkat, sehingga dana beralih ke emas sebagai lindung nilai.
Perlu dicatat bahwa setelah rapat FOMC bulan September, harga emas tidak naik malah turun, karena berita penurunan suku bunga sudah banyak diserap pasar. Selain itu, Powell menyebut penurunan suku bunga kali ini sebagai “pengelolaan risiko” tanpa komitmen untuk terus menurunkan suku bunga, sehingga suasana pasar menjadi lebih tenang.
Harga emas biasanya berkorelasi negatif dengan tingkat suku bunga riil (suku bunga nominal dikurangi inflasi). Ini adalah salah satu alasan mengapa volatilitas harga emas sangat terkait dengan ekspektasi penurunan suku bunga.
Ketiga adalah aksi pembelian emas yang terus dilakukan oleh bank sentral di berbagai negara. Terutama China yang mulai meningkatkan cadangan emas secara besar-besaran sejak Maret 2022. Data dari World Gold Council menunjukkan bahwa pada semester pertama 2025, pembelian bersih emas oleh bank sentral global mencapai 123 ton, dan hanya di bulan Juni meningkat 22 ton. Sebanyak 73% bank sentral percaya bahwa dalam lima tahun ke depan, proporsi dolar AS dalam cadangan devisa global akan menurun, sementara aset seperti emas akan meningkat.
Faktor pendorong lainnya termasuk perlambatan pertumbuhan ekonomi global, tekanan inflasi, menurunnya kepercayaan terhadap dolar AS, risiko geopolitik, serta masuknya dana jangka pendek akibat liputan media dan sentimen media sosial.
Prediksi Tren Harga Emas di Masa Depan
Meskipun harga emas belakangan ini berfluktuasi, banyak lembaga tetap optimistis terhadap tren jangka panjangnya.
Bank of America menaikkan target harga emas tahun 2026 menjadi US$5.000, sementara Goldman Sachs menaikkan dari US$4.300 menjadi US$4.900, dengan alasan “peningkatan cadangan oleh bank sentral dan permintaan dari sektor swasta yang kuat.”
Harga perhiasan emas di China sudah menembus RMB 1150 per gram, mencatat rekor tertinggi.
Saya pribadi berpendapat bahwa tren kenaikan harga emas secara umum mungkin akan berlanjut hingga tahun 2026, tetapi investor harus mencari peluang beli saat harga sedang turun.
Apakah Masih Wajar Membeli Emas Sekarang?
Saya rasa tren kenaikan emas ini belum berakhir, baik untuk jangka menengah maupun jangka pendek, tetapi jangan ikut-ikutan secara sembarangan.
Jika Anda adalah trader berpengalaman, saat ini memang peluang yang bagus. Likuiditas pasar cukup baik, arah pergerakan harga relatif mudah diprediksi, terutama saat volatilitas tinggi, dengan kekuatan bullish dan bearish yang jelas, sehingga mudah mengikuti tren yang sedang berlangsung.
Namun, untuk pemula yang ingin bermain short-term, saya sarankan mulai dengan modal kecil dan jangan terlalu serakah. Emosi yang tidak terkendali bisa membuat Anda kehilangan semua modal. Mengikuti kalender ekonomi bisa membantu Anda mendapatkan data ekonomi AS secara tepat waktu dan mendukung pengambilan keputusan.
Ingin membeli emas fisik untuk investasi jangka panjang? Bersiaplah menghadapi fluktuasi besar. Meskipun tren jangka panjang cenderung naik, fluktuasi di tengah jalan bisa membuat Anda merasa tidak nyaman.
Strategi pribadi saya adalah menjadikan emas sebagai bagian dari portofolio investasi, bukan seluruh aset. Volatilitas emas tidak lebih rendah dari saham, jadi diversifikasi adalah langkah bijak.
Beberapa poin yang perlu diingat:
Bagi investasi emas, saya selalu percaya bahwa emas adalah alat lindung nilai terhadap inflasi, dan sebaiknya menjadi bagian dari portofolio untuk mendiversifikasi risiko. Pendekatan ideal adalah menjual sebagian saat harga naik dan membeli saat harga turun, sehingga menjaga proporsi yang wajar dalam portofolio Anda. </translation_content>