Baru-baru ini, pergerakan nilai tukar Rupee India terhadap USD menarik perhatian. Pada pembukaan hari Jumat, nilai tukar USD/INR mendekati 88,50, yang hampir menyentuh level tertinggi sejarah sebelumnya di 88,60. Fenomena ini terutama dipicu oleh ketegangan perdagangan antara Amerika Serikat dan India. Meskipun kedua belah pihak berusaha mendorong negosiasi perdagangan, tampaknya belum ada tanda-tanda penyelesaian segera.
Dalam beberapa waktu terakhir, Amerika Serikat telah memberikan tenggat waktu 90 hari, berharap untuk mencapai kesepakatan dengan mitra dagangnya untuk menghindari dampak tarif yang lebih tinggi. Namun, India menghadapi tekanan tarif tertinggi dari Amerika Serikat karena terus membeli minyak dari Rusia, yang menghasilkan banyak efek berantai. Menteri Perdagangan AS, Howard Lutnick, baru-baru ini menyatakan bahwa jika India dapat menghentikan pembelian minyak dari Rusia, kedua belah pihak mungkin dapat segera mencapai kesepakatan. Pernyataan ini menambah lapisan kompleksitas pada situasi yang sudah tegang.
Sementara itu, berita dari Amerika Serikat juga tidak bisa diabaikan. Pasar tenaga kerja di Amerika menunjukkan tanda-tanda kelemahan, dengan jumlah klaim pengangguran awal mencapai 263K pada 5 September, yang merupakan angka tertinggi dalam empat tahun, melampaui perkiraan ekonom yang sebesar 235K. Situasi ini menyebabkan pasar memperkirakan bahwa Federal Reserve mungkin akan menurunkan suku bunga pada rapat kebijakan minggu depan, alih-alih mempertahankan tingkat suku bunga saat ini. Tekanan inflasi di Amerika juga semakin meningkat, dengan laju pertumbuhan tahunan Indeks Harga Konsumen (CPI) di bulan Agustus mencapai 2,9%, melebihi ekspektasi. Fenomena ekonomi ini dapat memicu risiko yang dikenal sebagai "stagflasi", membuat pejabat Federal Reserve perlu lebih berhati-hati dalam merumuskan kebijakan.
Di dalam negeri, pasar saham India juga merasakan dampak dari investor institusi asing yang sedang mengurangi proporsi kepemilikan saham India. Ini membuat pasar menunggu data Indeks Harga Konsumen (CPI) India untuk bulan Agustus yang akan dirilis pukul 10:30 waktu standar global. Diperkirakan tekanan inflasi akan tumbuh dengan kecepatan 2,1% per tahun, lebih tinggi dari pembacaan sebelumnya sebesar 1,55%. Faktor-faktor ini bekerja sama, membuat pasar lebih sensitif terhadap pergerakan rupee India.
Secara keseluruhan, kinerja Rupee India baru-baru ini dipengaruhi oleh serangkaian faktor kompleks. Setiap faktor mendorong fluktuasi nilai tukar, membuat situasi berubah dengan cepat. Apa pendapatmu tentang situasi ekonomi yang kompleks ini? Tinggalkan pemikiranmu!
Lihat Asli
Halaman ini mungkin berisi konten pihak ketiga, yang disediakan untuk tujuan informasi saja (bukan pernyataan/jaminan) dan tidak boleh dianggap sebagai dukungan terhadap pandangannya oleh Gate, atau sebagai nasihat keuangan atau profesional. Lihat Penafian untuk detailnya.
Baru-baru ini, pergerakan nilai tukar Rupee India terhadap USD menarik perhatian. Pada pembukaan hari Jumat, nilai tukar USD/INR mendekati 88,50, yang hampir menyentuh level tertinggi sejarah sebelumnya di 88,60. Fenomena ini terutama dipicu oleh ketegangan perdagangan antara Amerika Serikat dan India. Meskipun kedua belah pihak berusaha mendorong negosiasi perdagangan, tampaknya belum ada tanda-tanda penyelesaian segera.
Dalam beberapa waktu terakhir, Amerika Serikat telah memberikan tenggat waktu 90 hari, berharap untuk mencapai kesepakatan dengan mitra dagangnya untuk menghindari dampak tarif yang lebih tinggi. Namun, India menghadapi tekanan tarif tertinggi dari Amerika Serikat karena terus membeli minyak dari Rusia, yang menghasilkan banyak efek berantai. Menteri Perdagangan AS, Howard Lutnick, baru-baru ini menyatakan bahwa jika India dapat menghentikan pembelian minyak dari Rusia, kedua belah pihak mungkin dapat segera mencapai kesepakatan. Pernyataan ini menambah lapisan kompleksitas pada situasi yang sudah tegang.
Sementara itu, berita dari Amerika Serikat juga tidak bisa diabaikan. Pasar tenaga kerja di Amerika menunjukkan tanda-tanda kelemahan, dengan jumlah klaim pengangguran awal mencapai 263K pada 5 September, yang merupakan angka tertinggi dalam empat tahun, melampaui perkiraan ekonom yang sebesar 235K. Situasi ini menyebabkan pasar memperkirakan bahwa Federal Reserve mungkin akan menurunkan suku bunga pada rapat kebijakan minggu depan, alih-alih mempertahankan tingkat suku bunga saat ini. Tekanan inflasi di Amerika juga semakin meningkat, dengan laju pertumbuhan tahunan Indeks Harga Konsumen (CPI) di bulan Agustus mencapai 2,9%, melebihi ekspektasi. Fenomena ekonomi ini dapat memicu risiko yang dikenal sebagai "stagflasi", membuat pejabat Federal Reserve perlu lebih berhati-hati dalam merumuskan kebijakan.
Di dalam negeri, pasar saham India juga merasakan dampak dari investor institusi asing yang sedang mengurangi proporsi kepemilikan saham India. Ini membuat pasar menunggu data Indeks Harga Konsumen (CPI) India untuk bulan Agustus yang akan dirilis pukul 10:30 waktu standar global. Diperkirakan tekanan inflasi akan tumbuh dengan kecepatan 2,1% per tahun, lebih tinggi dari pembacaan sebelumnya sebesar 1,55%. Faktor-faktor ini bekerja sama, membuat pasar lebih sensitif terhadap pergerakan rupee India.
Secara keseluruhan, kinerja Rupee India baru-baru ini dipengaruhi oleh serangkaian faktor kompleks. Setiap faktor mendorong fluktuasi nilai tukar, membuat situasi berubah dengan cepat. Apa pendapatmu tentang situasi ekonomi yang kompleks ini? Tinggalkan pemikiranmu!